Sabtu lalu, Bapak saya kembali harus menginap di rumah sakit di Jakarta. Saya hitung-hitung ini sudah kali yang ketiga dalam 5 bulan terakhir. Keluhannya masih sama: ginjal dan prostat. Dengan yang sekarang ini berarti Bapak saya sudah 5x menjalani operasi. Sungguh luar biasa. Dalam usianya yang sudah mencapai 70 tahun, ia tetap tabah menghadapi ujian hidup ini. Saya hanya bisa menatapnya sedih …
Dalam usia yang hampir sebaya pula, istrinya (ibu saya tentu saja) dengan sabar mengurus semua keperluan suaminya. Saya perhatikan ibu saya, tak ubahnya mengasuh bayi yang lagi sakit: memandikannya, mengganti pakaiannya, menyuapi makannya, mengusap keningnya … saya melihat sebuah keindahan dibalik semua pemandangan itu. Ibu saya tak pernah mengeluh. Saya beruntung memiliki ibu yang luar biasa itu. Ya Allah, hiasilah hidupnya dengan kasih sayangmu.
Saat-saat menunggui Bapak, saya berusaha selalu berada di dekat Ibu. Biasanya akan banyak tausiah-tausiah berharga yang ia sampaikan. Maklumlah, sejak kecil saya sudah merantau, jauh dari Ibu. Sampai sekarang pun kami tinggal berjauhan. Namun sekalipun begitu, kepribadian saya memang lebih banyak dipengaruhi oleh Ibu. Bahkan wajah saya pun mirip dengan Ibu. Karena itu saya senang selalu berada di dekatnya.
Nasehatnya yang paling banyak ia ulang-ulang adalah, “Al (panggilan kesayangan dia buat saya), shalatlah selalu di awal waktu! Jangan pernah berhenti berdo’a…”
Walau secara keilmuan, ibu saya hanya lulusan SMU, nggak pernah masuk pesantren atau madrasah, saya melihat pertumbuhan ruhaninya luar biasa. Dulu Ibu jarang sekali membaca buku. Namun sejak 3 tahun terakhir ini, khususnya sepulang dari ka’bah, ditangannya selalu terlihat buku atau alqu’an. Buku-buku populer keislaman khususnya kajian ibadah dan tasawuf, sangat ia gemari. Yang jelas, yang paling ia gemari ya .. al qur’an itu sendiri. Malahan pernah saking pengen tahu secara dalam isi al-qur’an, ia menuliskan terjemahan al-qur’an itu dengan pulpen dan buku tulis isi 40 hal. Katanya, “…kalau ditulis, lebih mudah ingat”. “Sudah berapa buku?” tanyaku. “Wah udah hampir 20 buku.” katanya. Saya makin kagum padanya. Saya nggak nyangka.
Ya Allah, sempurnakanlah ujung kehidupannya dalam rahmatMu ya Allah.
Berkahilah seluruh hidupnya …
Kumpulkan kami semua ya Allah
bersama rombongan kafilah
Rasulullah saw wal anbiya wal mursalin
dan kaum shalihin lainnya
Amiin …
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment